Bab 97
Bab 97 Kita Diam Saja
Ketika melihat Jenny datang, ekspresi Budi menjadi dingin.
Budi masih membiarkan wanita ini hidup karena sebelum anaknya menjadi kasim, Tony sempat berhubungan badan dengan wanita ini.
Kalau Jenny memiliki keturunan Keluarga Susanto, Budi akan membiarkan Jenny hidup sampai anaknya lahir.
Kalau tidak, Jenny hanya bisa hidup sampai dua bulan lagi.
Oleh karena itu, dia merekrut Jenny ke Asosiasi Bahan Bangunan dan menjadikannya kepala
sekretaris.
Jenny yang sekarang terlihat sangat bahagia dan bangga.
Jenny mengira kalau dirinya hamil anak Tony, dia bisa menjadi
nyonya muda Keluarga Susanto.
Posisinya di Keluarga Susanto juga akan sangat kuat.
Siapa sangka, Budi sudah menganggapnya orang mati.
ya
Setelah menyimpan kembali kekejaman di matanya, Budi pun dengan ekspresi datar,
Ada apa?”
“Pak, Romi berkhianat. Aku mendapat kabar bahwa dia membawa anak buahnya untuk bekerja di lokasi konstruksi Luna,” kata Jenny dengan kecewa.
Jenny bahkan sudah bermimpi bahwa Luna dan Ardika tertimpa sial. Siapa sangka, kepala preman sehebat Romi akan dikalahkan.
Pada saat ini, Budi merasa sangat marah.
“Ternyata Romi sama seperti si Gigi Emas, dia juga seorang pecundang dan penakut. Korps Taring Harimau bukan Grup Agung Makmur, kenapa dia harus takut?”
Setelah mengoceh, Budi melambaikan tangannya.
“Biarkan saja dia berkhianat. Ardika dan Luna juga hanya bisa senang dua hari lagi. Dua hari
kemudian, acara pembentukan kembali Asosiasi Bahan Bangun
membuat mereka putus asa.‘
Budi tidak mempermasalahkan pengkhianatan Romi.
Seorang Romi tidak akan mengubah kondisinya.
akan diadakan. Aku akan
Budi sudah mengumpulkan belasan kepala preman dan berjalan dengan lancar.
18
+15 BONUS
Banyak lokasi konstruksi yang sudah menyerah. Mereka memutuskan kerja sama dengan Grup Sentosa Jaya dan menggunakan material dari Asosiasi Bahan Bangunan yang baru.
Semua kepala preman itu sangat hebat. Tindakan mereka yang cepat membuat Grup Sentosa Jaya tidak sempat bereaksi.
Dua hari lagi, seluruh pasar bahan bangunan di Kota Banyuli akan dikuasai oleh Asosiasi Bahan Bangunan yang baru.
Budi melambaikan tangannya kepada Jenny, lalu berkata, “Siapkan acara pembentukan kembali dengan baik. Kirim semua undangannya. Aku ingin membuat acara kali ini dengan heboh dan meriah. Undang semua pemimpin dari militer, pemerintahan dan bisnis.”
“Baik!”
Jenny pergi dengan semangat.
Di sisi lain, setelah Ardika mengantar Tina pulang ke Grup Lautan Berlian, dia baru kembali ke Kompleks Prime Melati.
Baru saja memarkirkan mobilnya, panggilan telepon dari Jesika pun masuk.
“Pak, sejak kemarin sampai hari ini, banyak lokasi konstruksi di Kota Banyuli yang berhenti membeli material dari kita. Menurut perkiraan kami, dua hari lagi, semua bisnis grup kita di Kota Banyuli akan direbut oleh Asosiasi Bahan Bangunan.”
“Tuan Henry ingin bertanya pada Anda, apakah kita perlu melakukan tindakan penanggulangan terhadap Asosiasi Bahan Bangunan?”
Awalnya, masalah ini berhubungan dengan hidup dan mati Grup Sentosa Jaya. Namun, Jesika malah berbicara seperti hal kecil.
Sebenarnya, Grup Sentosa Jaya mengetahui pergerakan Budi.
Entah Henry ataupun Jesika, mereka tidak panik sama sekali.
Henry bertanya pada Ardika, karena in hik sama s
ingin menyerang Keluarga Susanto.
“Beri tahu Henry, kita diam saja
tahu apakah Ardika punya rencana. Dia tahu Ardika
Ardika lalu berkata, “Jesika, menurut mana yang lebih dahsyat efeknya? Ketika sebuah
bangunan sedang dibangun, kita langsung mencegahnya atau dihancurkan setelah selesai bangun.”
“Tentu saja efeknya akan lebih dahsyat kalau dihancurkan setelah selesai bangun.”
Jesika langsung mengerti maksud Ardika. Dia pun berkata, “Pak Direktur, kamu ingin
menggunakan hal mi untuk mengejutkan keluarga talimatta?
Andika sangat puas dengan sistemnya yang pintar int
Dia menyuruh keluarga Mahasura untuk meminta maaf kepada keluarga istrinya, tapi mereka tidak bergerak Content bel0ngs to Nôvel(D)r/a/ma.Org.
Kalau begitu, Asosiasi Bahan Bangunan akan menjadi hadiah been untuk Keluarga Malinsura
Adapun Keluarga Susanto, Andika tidak pernah menganggap mereka
“Bagaimana dengan urusan Delvin?”
Ardika tiba–tiba mengingat hal lain.