Bab 62
Bab 62 Diasingkan
A
Desi makin menggebu–gebu. Dia mulai memukul dan menendang Ardika untuk mengusir Ardika dari Vila Cakrawala.
“Ardika, keluarlah dulu. Mari bicara setelah aku menenangkan Ibu.”
Karena tidak berdaya menghadapi Desi, Luna terpaksa menyuruh Ardika keluar dulu.
Ardika keluar sambil menahan amarahnya.
Sesampai di luar, Ardika langsung menelepon Jesika dan berkata dengan nada dingin, “Apa yang terjadi di Hotel Puritama? Mereka bilang orang yang memesan Hall Utopia bukan aku, mereka salah mengenali orang!”
Jesika yang berada di ujung lain telepon dapat merasakan amarahnya yang membara.
“Pak, aku kurang teliti dalam bekerja. Aku akan segera mencari tahu kebenaran dan melaporkannya padamu.”
Ardika menutup telepon, lalu menyalakan rokok sambil menunggu dengan ekspresi datar.
Lima menit kemudian, Jesika meneleponnya.
“Pak, sudah kuselidiki. Setelah Bapak meninggalkan Hotel Puritama sore tadi, Pak Yono langsung membuang Bu Desi ke jalanan. Katanya, Peter yang memerintahkannya untuk melakukan ini.”
Jesika melaporkan dengan cemas.
Ardika bertanya, “Maksudmu, Peter–lah dalang di balik semua ini?”
Jesika mengembuskan napas lega.
Dia adalah orang yang mengetahui identitas Ardika, jadi dia tentu tahu konsekuensi dari
membuat Ardika marah.
Oh ya, setelah Peter menyuruh orang untuk mengusir Bu Desi, dia muncul….”
Jesika menceritakan soal Peter menampar Yono, mengusir keluarga Novi dan Hotel Puritama kembali mengizinkan Desi mengadakan pesta pindah rumah di Hall Utopia.
“Licík sekali.”
Ardika mendengus dingin, dia mengetahui tujuan Peter.
Namun, sayangnya, trik liçik ini berhasil mengelabui orang seperti Desi.
Sekarang, ibu mertuanya sangat membencinya.
173 Original content from NôvelDrama.Org.
- 15 BONUS
“Jesika, buat Pak Yono itu menghilang dari Kota Banyuli selamanya,” kata Ardika dengan nada dingin Meskipun Peter yang memerintahkan Yono untuk berbuat seperti itu, dialah yang melempar Desi ke jalanan. Kesalahan ini tidak dapat dimaafkan.
Mengusirnya dari Kota Banyuli adalah semacam hukuman
Jesika berkata dengan ragu–ragu, “Pak, demi berakting, Peter juga memecat Pak Yono. Dia bisa
membongkar niat busuk Peter….”
“Aku nggak membutuhkan orang licik sepertinya untuk bersaksi.”
Ardika menyela, “Anak berbuat salah, orang tua harus bertanggung jawab. Aku ingin ayahnya
Peter yang meminta maaf pada ibu mertuaku secara pribadi!”
Setelah mengetahui kebenaran, dia tidak terburu–buru untuk masuk, dia hanya menelepon Luna.
Luna segera keluar dengan ekspresi dingin.
“Ardika, apa yang terjadi hari ini? Ibuku dibuang ke jalanan dan ditertawakan oleh banyak orang. Sekarang dia sangat membencimu!”
Luna mengetahui seluruh kejadian itu dari Desi.
Dia juga sangat emosi hingga langsung memarahi Ardika.
Karena dia bersedia keluar, dia pasti ingin mendengar penjelasan dari Ardika. Jadi, Ardika pun
menceritakan soal Peter.
“Ternyata seperti itu?”
Luna sangat marah. Dia hendak masuk untuk memberi tahu Desi dan membongkar wujud asli
Peter.
Ardika menghentikannya. “Ibu sedang marah, nggak ada gunanya dijelaskan. Satu–satunya cara adalah menunjukkan kebenaran padanya. Jangan khawatir, kebenaran akan segera terungkap. Dia akan memaafkanku dan nggak akan memaksamu untuk bercerai denganku.”
“Kalau Ibu nggak memaafkanmu, malam ini kamu tidur di mana?”
untuk
“Aku akan mencari tempat untuk tidur. Lagian kalau aku masuk, kita akan bertengkar lagi. Besok Ibu akan mengadakan pesta, jangan memengaruhi suasana hatinya. Kita bicarakan setelah pesta
berakhir.”
Mengenai tempat tinggal, Ardika bisa tidur di vila sebelah yang dibeli Draco.
“Ardika, ibuku memukulmu seperti itu, kamu masih memikirkan perasaannya.”
Melihat bekas tamparan di wajah Ardika, Luna mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah
Ardika.
+15 BONUS
“Apa masih sakit?”
“Sayang, ibumu adalah ibuku. Selama dia bahagia, rasa sakit ini bukanlah apa–apa bagiku.”
Ardika menggelengkan kepalanya sambil meraih tangan Luna. Kemudian, dia memiringkan wajah untuk mencium telapak tangan Luna.
Luna seperti tersengat listrik, dia segera menarik kembali tangannya dan wajahnya pun
memerah.
Dia mendelik Ardika sambil bertanya, “Apa besok kamu akan menghadiri pesta pindah rumah?”
“Tentu saja. Aku bahkan sudah menyiapkan hadiah besar untuk Ibu, kujamin dia akan sangat
senang.”
Ardika berkata pada Luna, “Ya sudah, masuklah untuk menghibur Ibu, aku pergi dulu.”
1
Setelah Luna masuk, dia langsung pergi ke vila Draco yang berada di sebelah.
Keesokan paginya.
Banyak orang yang datang ke Hall Utopia, semuanya adalah tetangga dan teman–teman Desi.
Saat ini, Desi sedang mengobrol riang dengan beberapa temannya yang datang dari luar kota. Tiba- tiba, dia melihat Ardika berjalan mendekat dan ekspresinya langsung berubah muram.
“Kenapa kamu datang?” tanya Desi dengan nada dingin.